Monday, September 28, 2009

Puji-pujian Menjelang Shalat Berjamaah

Mengucapkan puji-pujian kepada Rasulullah SAW adalah sebuah ibadah yang dianjurkan. Termasuk juga membaca shalawat dan salam kepadanya. Sebab Allah SWT pun telah bershalawat kepadanya, demikian juga para malaikat, ikut juga bershalawat kepada beliau. Maka Allah SWT pun memerintahkan umat Islam untuk banyak-banyak menyampaikan shalawat kepada nabi dan rasul termulia itu.
Dalam salah satu ayat Al-Qur'an, perintah Allah SWT kepada orang-orang beriman untuk bershalawat dan memberi salam kepada beliau sangat jelas. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS Al-Ahzab: 56) Masalahnya tinggal waktu pengucapannya serta bagaimana tata cara mengucapkannya.
Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat. Apalagi bila selalu diucapkan pada saat menjelang shalat, yaitu antara azan dan iqamat dalam shalat berjamaah. Kekhususan seperti ini terus terang memang tidak ada tuntunannya, baik di dalam Al-Qur'an maupun di dalam As-Sunnah. Maksudnya, tidak ada dalil secara khusus yang memerintahkan kita untuk membaca shalawat atau puji-pujian menjelang shalat berjamaah.
Oleh karena itu, sebagian ulama yang berhati-hati dalam masalah penerapan sunnah, sangat menjaga agar jangan sampai kita membiasakan diri melakukan sesuatu yang tidak ada anjuran atau perintahnya, di mana hukum asalnya boleh-boleh saja, namun karena selalu dibaca dan dibiasakan, dikhawatirkan nantinya akan ada orang yang beranggapan bahwa hal itu bagian dari tata cara ibadah shalat. Rupanya, kekhawatiran seperti itu sedikit banyak memang sudah menjadi kenyataan. Ada beberapa orang awam yang lantas beranggapan bahwa antara azan dan iqamat harus dibacakan pujian kepada Rasulullah SAW. Bahkan sampai kepada pemahaman bahwa bila tidak diucapkan pujian itu, maka ibadah shalat itu kurang benar atau kurang afdhal.

Berangkat dari kenyataan seperti itu, sebagian kalangan lantas memfatwakan untuk melarang membaca pujian menjelang shalat, sebagai langkah saddan li-adzdzari'ah. Malah sebagian sampai mengatakan bahwa hal itu adalah bid'ah yang diada-adakan. Kalau kita meminjam jalan berpikir kalangan ini, rasanya memang ada benarnya. Tinggal bagaimana kita bisa membahasakan kembali kepada masyarakat, agar tidak timbul keresahan.
Kami yakin, bila kita menjelaskan dengan baik, sambil menerangkan duduk persoalannya, tanpa ada kesan menggurui, apalagi menghakimi, banyak orang yang bisa dengan mudah mengerti. Sebaliknya, bila cara menyampaikannya terkesan arogan, merasa benar sendiri, sambil memaki, mencela atau menyakiti hati yang mendengarnya, wajar pula bila timbul resitansi dari mereka yang terlanjur terbiasa melakukannya. Maka seni berdakwah itu penting untuk dipahami, sebab berdakwah itu memang butuh seni tersendiri.

Sederhananya, kita ditantang untuk bisa mengail ikan dengan cerdas, agar bisa dapat ikannya tanpa membuat keruh airnya. Sedangkan pengail ikan yang kurang cerdas, bisanya hanya membuat air menjadi keruh, sementara satu pun ikan tak didapatnya. Dikutip dari sebuah sumber (Anonymous)

Silakan baca Juga:

  1. Menggerakkan telunjuk Saat Tasyahud 
  2. Manfaat Medis shalat Tahajud 
  3. Sunat-sunat dalam Sholat

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com