Wednesday, December 17, 2008

Hantu Kontrol Sosial

Sebagaimana sudah menjadi kesepakatan umum bahwa yang namanya hantu adalah mahluk yang bebas ruang dan waktu. Dia tidak bisa dibatasi oleh tebalnya tembok atau lamanya waktu. Kapapanpun dan dimanapun juga makhluk gaib bisa hadir. Keganjilan, keanehan, kegelapan, kemisterian dunia alam gaib hampir pasti selalu menjadi pembicaraan khalayak ramai, dan selalu saja mengasyikkan dan mendebarkan. Ketidaklogisan dari kisah serta perilaku makhluk halus tidak akan ada orang yang berani menyangkalnya. Paling-paling orang yang tidak mengalami peristiwanya sendiri akan bergumam, “Ah mana ada hantu, omong kosong saja”. Semua kejadian yang mengikutinya dianggap sebagai kebenaran meskipun sangat tidak masuk akal. Orang-orangpun tidak akan protes ketika mendengar kalau seorang hantu wanita bisa menembus dinding, kita juga akan diam saja ketika mendengar cerita bahwa seorang wanita cantik mampu meminum air mendidih satu baskom dengan tanpa merasakan sakit sedikitpun. Orang yang tidak percaya pada makhluk haluskpun tidak akan menyangkal semua peristiwa aneh yang menyertainya. Dunia hantu ibaratnya sebuah dunia yang penuh dengan kebebasan. Bebas dari prasangka, bebas dari ketidakmasukakalan, bebas bertingkah laku seperti apapun. Namanya juga hantu......! Demikian pula, setiap orang bebas menafsirkan apapun terhadapnya. Karena demikian bebasnya dunia penafsiran terhadap hantu maka perbincangan terhadapnyapun kian hari kian sengit. Dan tidak akan pernah ada habisnya. Setiap orang menafsirkan berdasarkan pengelamannya masing masing. Akibatnya konsep tentang makhluk halus banyak sekali, sebanyak orang yang menafsirkannya. Biarlah pembicaraan mengenai keanehan hantu menjadi lahannya para dukun dan ahli supranatural. Bagi masyarakat Jawa keberadaan dunia makhluk halus/hantu (memedi) bukan hanya sekedar sebagai pelengkap dunia saja namun mereka memiliki fungsi yang besar dalam mengatur keharmonisan alam. Pertama, mereka dijadikan sebagai media rekontruksi social. Oleh masyarakat Jawa keberadaan memedi-memedi jaman dahulu dihadirkan kembali ke dalam kehidupan masyarakat sekarang ini agar kehidupan pada masa lampau hidup kembali pada jaman sekarang. Hal ini bisa dijelaskan misalnya dengan banyaknya hantu-hantu yang menampakkan wajah mengerikan (hancur), suara tangisan seseorang pada lokasi tempat terjadinya tabrakan maut, wujud manusia yang hangus di bekas tempat kebakaran, hantu tuan Sinyo atau Noni Belanda di rumah-rumah atau bangunan tua bekas tempat tinggal orang Belanda, hantu “berdarah biru” dilokasi-lokasi bekas keratin/ pesanggrahan dan sebagainya. Kedua, memedi (hantu) sengaja diciptakan oleh orang jawa untuk menjaga ketertiban social masyarakatnya. Dengan memedi orang Jawa berusaha sekuat tenaga untuk menghindari terjadinya kekacauan budaya atau nilai-nilai Jawa. Hal ini sangat penting dilakukan karena demi menjaga keharmonisan alam masyarakat Jawa. Hal ini tercermin dari banyaknya wujud memedi atau cerita memedi rekaan yang dilakukan masyarakat Jawa. Wujud dan cerita-cerita hantu sengaja dihadirkan ke tengah-tengah masyarakat agar masyarakat melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kejadiannya sama persis dengan mitos, dimana ceritanya tidak jelas asal usulnya namun keberaannya diakui oleh banyak pihak. Ketiga, memedi/ hantu hadir untuk membantu meringankan beban masyrakat Jawa dalam menghadapi kehidupan. Dengan memedi, masyarakat Jawa membagi beban kerja/ tanggung jawab secara bersama-sama. Sehingga merekapun dapat lebih menikmati hidup dengan kerja yang tidak terlalu berat. Dalam kasus ini termasuk pula adanya pengeksploitasi dunia memedi oleh media massa/ oknum tertentu demi mengeruk modal yang besar. Dengan membaca buku ini kita akan memperoleh pemahaman yang cukup baik berkaitan dengan konsep hidup orang Jawa, bagaimana masyarakat Jawa memaknai kehidupan mereka, hubungan mereka dengan dunia lain dan sebagainya.

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com