Friday, July 31, 2009

Pengeboman bunuh diri, Jihad/ Memerangi Orang Kafir atau Dosa

Apa yang dipahami oleh pelaku pengeboman seperti itu -kalau memang benar pelakunya berangkat dari pemahanan jihad- adalah pemahaman yang keliru tentang jihad. Sebab jihad itu hanya terjadi bila muslim melawan pasukan kafir saja. Itupun hanya sebatas kafir harbi, bukan sembarang kafir. Tempatnya pun hanya terbatas di dalam wilayah konflik yang telah disepakati secara umum. Sedangkan meledakkan bom di tengah masyarakat yang bercampur-baur, apalagi bukan di dalam wilayah konflik resmi, adalah sebuah kesalahan fatal. Sebab korbannya tidak bisa dipastikan. Mungkin saja ada ribuan nyawa muslim yang ikut melayang. Atau nyawa orang kafir tapi bukan kafir harbi melainkan kafir zimmi. Dan membunuh kafir zimmi tetap saja haram hukumnya. Sebab kafir zimmi itu adalah manusia yang nyawanya harus dilindungi. Jangankan membunuh, mengganggu atau menyakiti mereka saja sudah berdosa besar. Maka kalau benar motivasi para pelaku adalah jihad, pastilah sebuah cara memahami jihad yang jauh keluar dari pengertian jihad yang benar dalam syariat Islam. Tidak demikian Rasulullah SAW mengajarkan syariat jihad kepada umatnya. Kalau para pelaku ingin berjihad dengan kemampuan merakit bom, maka yang seharusnya mereka lakukan adalah pergi ke wilayah jihad sebenarnya, yaitu wilayah yang resmi menjadi medan perang. Ikut bergabung dengan para mujahidin sungguhan. Misalnya di wilayah konflik Palestina, di mana negeri itu memang memiliki wilayah konflik yang dihalalkan berperang secara syariah. Bunuhlah sebanyak mungkin orang-orang kafir harbi yang memang telah membunuh umat Islam, yang telah meratakan rumah-rumah muslimin dengan tanah, yang telah menyembelih para wanita, anak-anak dan orang tua, yang telah dengan congkak menjadikan tanah suci sebagai ladang pembantaian. Di sanalah seharusnya mereka berada, bersama dengan para mujahidin yang sesungguhnya. Bukan di Bali, Kuningan atau merusak rumah ibadah agama lain. Namun sangat boleh jadi berdasarkan analisa para pengamat, bahwa para pengebom itu memang diciptakan. Mereka secara sengaja direkrut dan dipersiapkan oleh kekuatan jahat internasional, dengan maksud dan tujuan tertentu. Sebab pelaku di lapangan biasanya punya bos-bos besar yang memberi komando. Sayangnya, semua kepolisan di dunia ini terfokus hanya menangkapi para pelaku di lapangan, sementara otak-otak di belakangnya tidak pernah diotak-atik. Padahal jelas sekali bahwa semua ini tidak bisa dilepaskan dari sebuah grand disain jahat, yang sengaja dibuat untuk kepentingan musuh-musuh Islam sendiri. Paling tidak, getah paling awal yang umat Islam rasakan sekarang ini adalah penggiringan opini bahwa Islam itu identik dengan terorisme. Dan umat Islam itu adalah pelaku teror. Opini seperti ini terus terang sangat merugikan umat Islam. Tidak sedikit umat Islam sendiri yang semakin minor pandangannya terhadap Islam. Dan banyak orang yang semakin curiga dengan hal-hal yang berbau keislaman. Meski pun tidak semua, karena tetap ada orang-orang yang tidak mudah percaya dengan penggiringan opini sesat seperti ini. Lalu kerugian berikutnya adalah adanya paksaaan dari kekuatan asing, di mana mereka ingin ikut mengatur kurikulum pendidikan di pesantren dan sekolah Islam. Sebab mereka menganggap bahwa kurikulum pendidikan kita ini salah, karena mengajarkan terorisme. Artinya, mereka ingin membuat kesan bahwa yang salah itu bukan lagi sebagian kecil oknum umat Islam, tapi yang salah adalah agama Islam itu sendiri. Sehingga agama Islam harus dikoreksi di sana sini agar sesuai dengan kemauan mereka. Jadi menurut hemat kami, penanggung jawab tertinggi berbagai aksi terorisme itu sebenarnya bukan umat Islam, melainkan kekuatan jahat international yang memang sedang terlibat perang pemikiran (al-ghazwul Fikri) dengan umat Islam. Dengan liciknya mereka melakukan aksi pinjam sebagian oknum muslim yang kurang cerdas untuk merusak citra umat Islam sendiri. Sayangnya, sebagian umat Islam kurang menyadari adanya kenyataan seperti ini. Sekarang menjadi tugas kita sesama muslim untuk menjelaskan duduk masalahnya. Agar paling tidak, semua lapis umat Islam sadar adanya konspirasi jahat tersebut. Sebuah konspirasi yang sudah ada sejak zaman Nabi, yaitu dalam perang Ahzab. Dan tatkala orang-orang mu'min melihat golongan-golongan yang berkonspirasi itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukkan. (QS Al-Ahzab: 22) Semoga kita termasuk ke dalam orang yang bertambah iman dan ketundukan, Amien.

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com