dari bagian dua Di Indonesia, pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1430 H jatuh pada hari Sabtu, 22 Agustus 2009. Silakan lihat tulisan penulis sebelumnya tentang Hisab 1 Ramadhan 1430 H. Perlu diketahui, pemerintah menetapkan tanggal 1 Ramadhan dengan kriteria rukyatul hilal, namun menetapkan tanggal 1 Sya'ban dengan kriteria hisab MABIMS. Ada perbedaan tanggal antara hisab MABIMS (1 Sya'ban 1430 H = 23 Juli 2009) dengan rukyat (1 Sya'ban 1430 H = 24 Juli 2009) dalam penetapan 1 Sya'ban 1430 H. Namun kedua kriteria tersebut menghasilkan tanggal yang sama dalam penetapan 1 Ramadhan 1430 H, yaitu 22 Agustus 2009. Perbedaannya lagi adalah, dengan kriteria hisab MABIMS untuk 1 Sya'ban, maka rukyat untuk 1 Ramadhan 1430 H dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009 maghrib. Karena rukyat saat itu gagal melihat hilal (sebab ketinggian masih negatif) sehingga dilakukan istikmal dan akhirnya ditetapkan 1 Ramadhan 1430 H = 22 Agustus 2009. Dengan kriteria MABIMS ini, Sya'ban 1430 terdiri dari 30 hari. Sementara itu, pengguna rukyat secara konsusten (misalnya ormas Nahdhatul Ulama) yang menyatakan bahwa 1 Sya'ban 1430 H = 24 Juli 2009, mengadakan rukyat pada tanggal 21 Agustus 2009 (karena bersesuaian dengan 29 Sya'ban 1430 H). Saat rukyat dilakukan, hilal terlihat dengan jelas, karena memang posisi hilal sangat memungkinkan untuk dilihat. Sehingga, dengan penetapan 1 Ramadhan 1430 H = 22 Agustus 2009, maka tanggal 29 Ramadhan 1430 H = hari Sabtu 19 September 2009. Karena itu, perhitungan hisab dan pengamatan rukyat difokuskan pada hari Sabtu sore tanggal 19 September 2009 saat matahari terbenam (sunset atau maghrib). Mengingat konjungsi terjadi pada 19 September 2009 pukul 01:44 WIB atau waktu dini hari, ada rentang waktu sekitar 16 jam bagi bulan (moon) untuk bisa nampak sebagai hilal (crescent) pada waktu maghrib. Seperti diketahui, selama rentang satu hari, bulan (moon) bergerak lebih lambat daripada matahari. Maksudnya, matahari berada pada satu posisi di langit pada waktu tertentu dan 24 jam kemudian posisi matahari relatif kembali ke posisi atau di dekat posisi tersebut sebelumnya. Sementara, bulan (moon) rata-rata membutuhkan waktu sekitar 24 jam 50 menit untuk bisa relatif kembali ke posisi sebelumnya. 19 September 2009 maghrib Selanjutnya, perhitungan akan dilakukan lebih detil untuk menentukan posisi bulan (moon) dan matahari pada 19 September 2009 maghrib. Kita akan mengambil Jakarta (106:51 BT, 6:10 LS, 0 meter, UT + 7) sebagai posisi acuan. Di Jakarta, pada tanggal 19 September 2009 matahari terbenam pada pukul 17:49:07 WIB. Hal ini disebabkan pada waktu tersebut, ketinggian sejati (true altitude) matahari adalah minus 0:49:55 derajat (minus 49 menit busur 55 detik busur) dan sudut jari-jari matahari adalah 0:15:55 derajat (15 menit busur 55 detik busur) sehingga memenuhi hubungan: true altitude = minus 0:34:00 derajat dikurangi sudut jari-jari matahari. Disini, minus 0:34:00 derajat (minus 34 menit busur) adalah koreksi ketinggian benda langit di horison oleh pembiasan atmosfer untuk keadaan standar (tekanan 1010 mbar dan suhu 10 derajat C di permukaan laut). Pada waktu tersebut, posisi azimuth matahari adalah 271:15:16 derajat atau sekitar satu seperempat derajat di sebelah kanan titik arah barat. Untuk menghitung ketinggian nampak (apparent altitude) matahari saat terbenam, maka tinggal ditambahkan saja dengan faktor koreksi pembiasan atmosfer sebesar 0:34:00 derajat. Jadi ketinggian nampak matahari saat terbenam adalah minus 0:15:55 derajat yang tepat sama dengan minus sudut jari-jari matahari. Artinya yang nampak oleh manusia, saat matahari terbenam, bagian cakram/piringan atas matahari berada pada ketinggian 0 derajat sehingga titik pusat matahari adalah minus 0:15:55 derajat. Adapun untuk azimuth matahari praktis tidak mengalami faktor pembiasan atmosfer. Bagaimanakah posisi bulan (moon) saat matahari terbenam? Saat itu, ketinggian sejati bulan (moon) adalah positif 6:17:25 derajat. Selisih ketinggian sejati bulan dengan matahari adalah positif 7:07:20 derajat. Azimuth bulan saat itu adalah 264:05:37 derajat sehingga selisih azimuth bulan dengan matahari adalah 7:09:39 derajat. Posisi bulan terletak sekitar tujuh derajat di sebelah kiri matahari. Faktor pembiasan atmosfer untuk true altitude bulan tersebut adalah sebesar 0:08:05 derajat, sehingga titik pusat bulan nampak oleh mata manusia pada apparent altitude 6:17:25 + 0:08:05 = positif 6:25:30 derajat. Karena itu selisih ketinggian nampak bulan dan matahari adalah 6:25:30 - (- 0:15:55) = positif 6:41:25 derajat. Adapun untuk azimuth bulan praktis juga tidak mengalami faktor pembiasan atmosfer. Selanjutnya dapat dihitung sudut elongasi antara bulan (moon) dan matahari. Sudut elongasi adalah jarak sudut yang Jika yang digunakan adalah true altitude (ketinggian sejati), maka sudut elongasi antara keduanya adalah 10:05:26 derajat. Adapun jika yang digunakan adalah apparent altitude, maka sudut elongasi antara keduanya adalah 9:47:22 derajat. Posisi bulan (moon) dan matahari saat maghrib di Jakarta dilukiskan pada Gambar 1. Gambar 1. Posisi apparent altitude (bukan true altitude) dan azimuth bulan dan matahari saat maghrib di Jakarta. Ke bagian empat
Labels
- aqidah (33)
- Budaya (12)
- Ibadah (261)
- Kesalahan-Kesalahan dalam Thaharah (16)
- Lomba (2)
- Perjuangan (67)
- Sholat (70)
- Tips (6)
- Tips Wawancara (8)
Tips Menikah Islami
DOWNLOAD
Monday, September 14, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Blog Archive
-
▼
2009
(355)
-
▼
September
(46)
- Bacaan surat pada rekaat ketiga dan keempat dalam ...
- Nishfu Sya'ban
- Tentang Sighat Ta'liq dalam Pernikahan
- Hukum Rokok, Haram atau Makruh?
- Kewajiban/mendoakan terhadap Orang Tua Non Muslim
- Puji-pujian Menjelang Shalat Berjamaah
- Apakah Emas Putih Juga Haram Dipakai?
- Sejarah Azan dan Pensyariatannya
- Bersetubuh dengan Istri yang Sudah Ditalak dan Car...
- Di Tengah Shalat, Menyadari Aurat Terbuka
- Indonesia Kapan, Lebarannya?
- 1 Syawwal 1430 H di berbagai negara
- Posisi matahari dan Rukyat
- 29 Ramadhan 1430 H
- Fase Bulan baru (New Moon, bukan New Month)
- Hisab 1 Syawwal 1430 H (Idul Fitri di Seluruh Dunia)
- Muhammadiyah Pastikan Idul Fitri 1430 H pada Mingg...
- Utama mana yang bacaannya baik atau yang baik peri...
- Syarat yang Harus Terpenuhi untuk Menjadi Imam Shalat
- Siapa Yang Menentukan Nama-nama Surah, Juz, dan Ru...
- Shalat Sunnah Setelah Shalat Jum'at
- Takbiratul Ihram Shalat Id dan Dasar Takbiran di M...
- Menggerakkan Telunjuk Saat Tasyahud
- tata cara dan bacaan Jenazah/Shalat Ghaib
- Cara Sholat Gerhana
- Mengusap Wajah Setelah berdoa
- Menjama' Shalat dan Wudhu dengan Wajah Full Make-u...
- Menjawab Salam dan memberi isyarat Saat Shalat
- Membaca Hamdalah Saat Shalat karena Bersin dan Huk...
- Mengapa Imam Sholat Duduk Menghadap Makmum Selesai...
- Khutbah Jumat Khatib memegang/ pakai Tongkat, Adak...
- Tidur yang Dibenci, tidak mendapat rahmat, dan rej...
- Kitab "Sifat Shalat Nabi" karya Muhammad Nashirudd...
- Lebih Utama Sholat Tahiyatul Masjid atau Dengarkan...
- Kurangi Bau Mulut Saat Puasa dengan Buah dan Sayur
- Apa Bacaan Makmum Saat Imam Membaca Al Fatihah?
- Air musta'mal (sisa), bolehkan untuk berwudlu?
- Terlambat Shalat Jumat, apakah harus sholat dhuhur?
- Tidak Shalat Karena Terlupa atau Tertidur, Harus B...
- Bacaan di Sela-Sela Tarawih
- Batal Puasa Karena Salah Duga Mengira Sudah Maghri...
- Bermakmum pada Imam 23 Rakaat Lalu Pulang Setelah ...
- Meminum Air Kencing untuk Pengobatan, Bolehkah? (k...
- Larangan Menggambarkan Nabi Muhammad (Sejarah Peny...
- Makan Sahur Bersamaan dengan Adzan Shubuh
- Seputar Imsakiyah
-
▼
September
(46)
0 comments:
Post a Comment