Tuesday, September 1, 2009

Larangan Menggambarkan Nabi Muhammad (Sejarah Penyembahan Berhala (berasal dari orang sholeh)

Apa yang terjadi di Denmark, Norwegia dan negeri lainnya bukan semata-mata masalah larangan melukis nabi Muhammad SAW. Melainkan sudah masuk ke wilayah penghinaan. Sebab gambar itu memang dibuat sengaja untuk menghina beliau SAW. Penghinaan atas nabi Muhammad SAW oleh media massa di Denmark, Norwegia dan beberapa negeri lainnya memang sudah keterlaluan. Sebelumnya tidak pernah terjadi penghinaan seperti ini. Penghinaan kepada nabi umat Islam itu selama ini hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan terselubung. Bahkan ketika dikonfrontir ulang kepada pelakunya, umumnya pelaku penampik dan berkelit. Salman Rushdie pernah menghina Rasulullah SAW dan keluarganya dalam bentuk novel. Namun hinaan itu boleh dibilang masih agak malu-malu, karena tidak secara vulgar menyebutkan nama beliau SAW. Sebegitu pun, kepala Salman Rushdie telah dihargai dengan nilai uang tertentu oleh pemerintah Iran, karena mereka merasa nabi yang suci itu dihina. Adapun yang dilakukan media massa di Denmark, Norwegia dan beberapa negara lainnya yang ikut-ikutan menampilkan gambar itu sekarang ini, adalah sebuah gelombang penghinaan yang bersifat terbuka, resmi dan tanpa malu-malu. Nada penghujatan dan penghinaan seakan dilakukan secara massal dan siap menantang. Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang suci dan mulia itu digambarkan bersurban dengan bom waktu. Seakan menggambarkan bahwa Islam adalah agama haus darah dan siap meledakkan bom di mana saja. Bahkan pemerintah Denmark dengan amat congkak dan bersembunyi di balik kebebasan pers menolak untuk meminta maaf kepada 1,5 Milyar umat Islam. Padahal di dalam syariah Islam, jangankan membuat gambar yang bersifat menghina, sekedar melukis sosok Rasulullah SAW sendiri pun sudah haram hukumnya. Bahkan meski pelukisnya melukis dengan niat baik dan lukisan yang indah. Namun umat Islam sejak awal telah diajari untuk menghormati nabi mereka bukan dengan membuat lukisan atau gambar, apalagi patung. Islam datang justru menghancurkan gambar-gambar para nabi serta patung-patung mereka yang terlanjur disembah. Sebuah bentuk kejahilan yang diperangi agama Islam adalah melukis, menggambar dan mematungkan para nabi dan orang shalih di masa lalu. Dan kelakuan umat terdahulu memang selalu demikian. Para nabi yang telah wafat itu mereka buatkan lukisannya, meski dengan niat untuk mengagungkannya, mensucikannya atau menghormatinya. Namun di balik niat lugu itu, syetan telah selalu berhasil menyelewengkan dan memasukkan bisikan jahatnya. Sehingga pada akhirnya gambar dan patung para nabi menjadi sesembahan selain Allah. Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr."(QS. Nuh: 23) Para ahli tafsir menyebutkan bahwa nama berhala itu yaitu Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nashr sebenarnya nama orang shalih dan mereka bukan tuhan. Namun sepeninggal mereka, orang-orang ingin mengenang jasa dan keagungannya, sehingga kemudian dilukislah wajar mereka, sehingga akhirnya dibuatkan patung. Dari generasi ke generasi akhirnya patung mereka sudah menjadi tuhan sesembahan selain Allah. Di dalam syariah Islam, melukis nabi dan para shahabat telah diharamkan secara total. Meski pun niatnya baik dan lukisannya indah. Tetapi hukumnya tetap haram. Sedangkan yang dilakukan sekarang ini memang melebihi batas kewajaran. Sebab melukis nabi Muhammad SAW saja sudah haram, apalagi sambil membuatnya menjadi karikatur yang menghina dan merendahkan. Gambar itu sendiri dimuat di media massa secara terbuka, bahkan di-copy oleh media lain untuk diterbitkan lagi. Karuan saja umat Islam sedunia meradang. Sampai-sampai Kedutaan besar Denmark di Libanon dan Syria dibakar dan diamuk massa yang kalap. Peristiwa pembakaran kedutaan besar Denmar, Norwegia di kedua negeri itu meski tidak sejalan dengan ajaran Islam, namun sesungguhnya membuktikan bahwa kebebasan itu tidak pernah ada yang mutlak. Kebesaaan seseorang itu terbatas dengan adanya kebebasan orang lain. Tidak ada kebebasan di dunia ini yang bersifat mutlak, sehingga orang boleh melakukan apa saja, sampai mengganggu orang lain, baik secara pisik maupun psikis. Seorang yang membeli mobil dengan uang pribadinya memang boleh memiliki mobil itu secara pribadi, namun di jalan dia tetap harus taat peraturan lalu lintas. Tidak boleh seseorang merasa bebas membawa mobil seenaknya di jalan raya dengan dalih kebebasan. Bahkan kapal laut yang berjalan di laut pun tetap punya track tersendiri, tidak mentang-mentang laut itu luas, lalu boleh berjalan seenaknya ke sana ke mari. Pesawat udara yang kelihatannya terbang bebas di udara pun sebenarnya punya jalur-jalur udara yang harus dipatuhinya. Tiap semaunya terbang dan ugal-ugalan di angkasa. Sebab semua itu hanya akan membuatnya mencelakakan diri sendiri. Maka dalih kebebasan pers yang dijadikan tameng oleh pemerintah Denmark, Norwegia sesungguhnya memang semata-mata membuktikan bahwa mereka punya maksud yang tidak baik kepada umat Islam, khususnya kepada Nabi Muhammad SAW. Bab penghinaan agama seperti ini seharusnya tidak boleh dianggap sepi. Apalagi mengingat umat Islam itu selama ini sudah disakiti secara pisik, kini ditambah lagi disakiti secara psikis. Sedangkan jumlahumat Islam di dunia ini lumayan banyak. Bahkan di Denmark, Norwegia sendiri merupakan agama kedua terbesar. Tentu saja kecongkakan pemerintah Denmark, Norwegia itu merupakan bentuk penghinaan dan penghujatan yang nyata dan tidak bisa dimaklumi begitu saja. Media massa Denmark, Norwegia dan negara lainnya itu harus meminta maaf sebagaimana pemerintahnya juga harus meminta maaf secara jujur, terbuka, penuh penyesalan dan dengan itikad baik. Toh umat Islam pasti bisa memaafkannya, meski sempat terluka hatinya. Namun sikap congkak dan menyembah berhala kebebasan pers adalah pilihan konyol yang tidak pernah bisa meredakan ketegangan. Bangsa dan pemeluk agama manapun akan marah bila tokoh suci mereka. Bisakah pemerintah Denmark, Norwegia itu membayangkan bila yang dijadikan karikatur dan objek penghinaan itu adalah Paus, misalnya. Atau presiden mereka sendiri. Tentu wajar bila pendukungnya marah besar. Namun semoga penghinaan yang kita terima saat ini dijadikan Allah SWT sebagai momentum yang mengetuk hati jutaan umat Islam sedunia, setelah selama ini terkesan kurang responsif terhadap agamanya, juga kurang erat persatuan dan kesatuannya. Semoga hikmah di balik peritiwa ini adalah semakin kompaknya umat Islam, dengan meninggalkan segala bentuk pertikaian, pertentangan, caci maki antar sesama dan juga saling menjelekkan. Semoga dengan adanya peristiwa ini, umat Islam menyadari bahwa mereka punya lawan lebih besar, tantangan lebih keras, masalah yang lebih penting dari semua keretakan yang ada. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya."(QS. Al-Jumu'ah: 8) Diolah dari beberapa sumber Silakan Baca: 1. 9 Jenis anak syetan 2. Tata cara sholat iftitah - qiyamul lail 3. Hubungan Sex ala Rasul SAW

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com