Monday, September 14, 2009

Posisi matahari dan Rukyat

dari bagian tiga Pada saat matahari terbenam, umur bulan (crescent) sejak konjungsi (new moon) terjadi adalah 16 jam 5 menit. Terakhir, dapat pula dihitung iluminasi bulan (moon) atau banyaknya bagian permukaan cakram bulan yang terkena pantulan cahaya matahari, yang besarnya adalah 0,78%. Sementara itu, bulan terbenam (moonset) pada pukul 18:14:52 WIB. Hal ini disebabkan, terpenuhinya relasi saat bulan terbenam: true altitude = 0,7275*Sudut Paralaks - 0:34:00, dimana saat itu Sudut Paralaks bulan = 0:59:09 derajat dan true altitude = 0:09:00 derajat (positif 9 menit busur). Jadi, selisih (time lag) antara matahari terbenam (sunset) dengan bulan terbenam (moonset) adalah 25 menit 45 detik. Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan (sudut dibulatkan ke derajat terdekat, waktu ke jam dan menit) bahwa di Jakarta : • - Konjungsi geosentrik terjadi pada tanggal 19 September 2009 pukul 01: 44 WIB. • - Saat matahari terbenam (17:49 WIB), umur bulan setelah fase konjungsi geosentrik adalah sekitar 16 jam 5 menit. • - Apparent altitude bulan (moon) saat maghrib adalah sekitar 6 derajat di atas ufuk. • - Posisi azimuth bulan saat maghrib kira-kira 7 derajat di sebelah kiri matahari. • - Sudut elongasi bulan-matahari saat maghrib adalah sekitar 10 derajat. • - Iluminasi bulan saat maghrib adalah 0,78%. • - Bulan terbenam (18:15 WIB) kira-kira 26 menit setelah matahari terbenam. Kota-kota lain di Indonesia • Di Jayapura saat matahari terbenam: umur bulan 13 jam 53 menit, apparent altitude bulan sekitar 5 derajat di atas ufuk, sudut elongasi bulan-matahari sekitar 9 derajat, iluminasi bulan 0,62%. Moonset terjadi 19 menit setelah sunset. • Di Gorontalo saat maghrib: umur bulan 15 jam 1 menit, apparent altitude bulan sekitar 5,7 derajat di atas ufuk, sudut elongasi bulan-matahari sekitar 9,5 derajat, iluminasi bulan 0,70%. Moonset terjadi 20 menit setelah sunset. • Di Surabaya saat maghrib: umur bulan 15 jam 41 menit, apparent altitude bulan sekitar 6,2 derajat di atas ufuk, sudut elongasi bulan-matahari sekitar 10 derajat, iluminasi bulan 0,75%. Moonset terjadi 26 menit setelah sunset. • Di Aceh saat maghrib: umur bulan 16 jam 52 menit, apparent altitude bulan sekitar 5 derajat di atas ufuk, sudut elongasi bulan-matahari sekitar 10,5 derajat, iluminasi bulan 0,84%. Moonset terjadi 21 menit setelah sunset. • Di Pelabuhan Ratu saat maghrib: umur bulan 16 jam 6 menit, apparent altitude bulan sekitar 7 derajat di atas ufuk, sudut elongasi bulan-matahari sekitar 10 derajat, iluminasi bulan 0,78%. Moonset terjadi 26 menit setelah sunset. Kriteria hisab Jika masuknya bulan baru (new month) menggunakan kriteria hisab, maka • 1) Hisab dengan kriteria (i) konjungsi terjadi sebelum maghrib, (ii) moonset setelah sunset, maka kriteria ini sudah dipenuhi di seluruh wilayah Indonesia. Menurut kriteria ini, 19 September 2009 maghrib sudah dinyatakan sebagai masuknya bulan Syawwal, sehingga 1 Syawwal 1430 H = 20 September 2009. Ramadhan 1430 H terdiri dari 29 hari. • 2) Hisab dengan kriteria MABIMS (i) saat maghrib umur hilal lebih dari 8 jam setelah konjungsi, (ii) altitude hilal lebih dari 2 derajat, (iii) sudut elongasi lebih dari 3 derajat, maka kriteria ini sudah dipenuhi di seluruh wilayah Indonesia. Di Indonesia, umur hilal saat maghrib berkisar antara 14 - 16 jam, tinggi hilal antara 5 - 7 derajat, dan sudut elongasi antara 9 - 10,5 derajat. Menurut kriteria ini, 19 September 2009 maghrib sudah dinyatakan sebagai masuknya bulan Syawwal, sehingga 1 Syawwal 1430 H = 20 September 2009. Ramadhan 1430 H terdiri dari 29 hari. • 3) Hisab dengan kriteria limit Danjon: (i) konjungsi terjadi sebelum maghrib, (ii) moonset setelah sunset, (iii) sudut elongasi bulan-matahari lebih dari 7 derajat (iv) iluminasi bulan (moon) di atas 1%, maka tiga syarat pertama {(i), (ii) dan (iii)} terpenuhi sedangkan syarat (iv) tidak terpenuhi. Prediksi rukyat Pelaksanaan rukyat dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 September 2009 menjelang matahari terbenam. Saat matahari terbenam, secara matematis bulan (moon) memang sudah berada di ufuk dengan ketinggian berkisar antara 5 - 7 derajat di seluruh wilayah Indonesia. Posisi hilal terletak di sebelah kiri atas matahari. Sudut elongasi bulan-matahari memang berkisar antara 9 - 10,5 derajat di seluruh wilayah Indonesia. Namun, iluminasi bulan rata-rata di bawah ambang 1%, yaitu sekitar 0,6 - 0,8 %. Menurut Mohamad Odeh (ICOP, Accurate Times), pada kondisi ini berdasarkan statistik rukyat-rukyat sebelumnya, hilal baru bisa dilihat dengan bantuan alat optik. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang penting untuk diketahui dan dipersiapkan, seperti posisi bulan dan matahari, bantuan alat untuk menentukan arah dan ketinggian benda langit, ketepatan jam penunjuk waktu, posisi tempat pengamatan yang baik serta bebasnya ufuk barat dari berbagai "gangguan ketinggian" seperti gunung, bangunan dan pepohonan. Perlu juga diwaspadai "salah hilal", maksudnya kesaksian bahwa hilal terlihat, namun sebenarnya jika diselidiki secara ilmiah yang dilihat bukanlah hilal. Beberapa kemungkinan kesalahan, diantaranya adalah posisi "hilal" yang jauh melenceng dari perhitungan, bentuk "hilal" yang menyimpang dari bentuk yang seharusnya berdasarkan posisi bulan (moon) dan matahari, kesaksian terlihatnya "hilal" namun waktu saat itu matahari belum terbenam atau bulan sudah terbenam, dan lain-lain. Untuk menghindari kesalahan, terjaminnya kesahihan pengamatan rukyat, serta kesesuaian antara hisab yang teliti dengan rukyat yang akurat, maka segala data pengamatan perlu dilengkapi, tak ubahnya seperti melakukan eksperimen dan disertai dengan bukti penunjang seperti foto atau video. Jika hilal kali ini gagal dilihat, maka bisa jadi disebabkan oleh iluminasi bulan yang berada di bawah ambang 1%, serta faktor cuaca dan awan yang cukup sulit diprediksi. ke bagian lima

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com