Wednesday, August 26, 2009

Hukum Memelihara dan Memotong Jenggot

Alhamdulillah. Memelihara jenggot adalah pebuatan yang disyariatkan dan sunnah Rasulullah yang harus diagungkan. Hal ini berdasarkan hadits lbnu Umar, dimana beliau telah meriwayatkan dari Nabi SAW yang mengatakan sebagai berikut: "Berbedalah kamu dengan orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis." (HR. Bukhari). Perkataan i'fa (pelihara) dalam riwayat lain diartikan tarkuha wa ibqaauha (tinggalkanlah dan tetapkanlah). Hadits ini menerangkan alasan diperintahkannya memelihara jenggot dan mencukur kumis, yaitu supaya berbeda dengan orang-orang musyrik. Sedang yang dimaksud orang-orang musyrik di sini ialah orang-orang Majusi penyembah api, dimana mereka itu biasa menggunting jenggotnya, bahkan ada yang mencukurnya. Perintah Rasulullah ini mengandung pendidikan untuk umat Islam supaya mereka mempunyai keperibadian tersendiri serta berbeda dengan orang-orang kafir lahir dan batin, yang tersembunyi maupun yang tampak. Lebih-lebih dalam hal mencukur jenggot ini ada unsur-unsur menentang fitrah dan menyerupai perempuan. Sebab jenggot adalah lambang kesempurnaan laki-laki dan tanda-tanda yang membedakan dengan jenis lain. Namun demikian, bukan bererti samasekali tidak boleh memotong jenggot, karena kadang-kadang jenggot itu kalau dibiarkan bisa panjang dan menjijikkan sehingga dapat mengganggu pemiliknya. Untuk itulah, maka jenggot yang demikian boleh digunting ke bawah maupun ke samping, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Tirmidzi. Hal ini pernah juga dikerjakan oleh sebagian ulama salaf, seperti kata lyadh: "Mencukur, menggunting dan mencabut jenggot dimakruhkan. Tetapi kalau digunting dari panjangnya atau ke sampingnya apabila jenggotnya tebal sekali , maka itu satu hal yang baik." Dan Abu Syamah juga berkata: "Terdapat suatu kaum yang biasa mencukur jenggotnya. Berita yang terkenal, bahwa yang berbuat demikian itu ialah orang-orang Majusi, bahwa mereka itu biasa mencukur jenggotnya." (Lihat Fathul Bari, bab memelihara jenggot) Kami berpendapat: Bahwa kebanyakan orang-orang Islam yang mencukur jenggotnya itu lantaran mereka meniru musuh-musuh mereka dan kaum penjajah negeri mereka dan orang-orang Yahudi dan Kristen. Sebagaimana kelazimannya, bahwa orang-orang yang kalah senantiasa meniru orang yang menang. Mereka melakukan hal itu jelas telah lupa kepada perintah Rasulullah yang menyuruh mereka supaya berbeda dengan orang-orang kafir. Di samping itu mereka telah lupa pula terhadap larangan Nabi tentang menyerupai orang kafir, seperti yang tersebut dalam haditsnya yang mengatakan: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia itu termasuk golongan mereka." (HR. Abu Dawud) Kebanyakan ahli fiqih yang berpendapat tentang haramnya mencukur jenggot itu berdalil perintah Rasul di atas. Sedang tiap-tiap perintah asalnya menunjukkan wajib, lebih-lebih Rasulullah sendiri tetah memberikan alasan perintahnya itu supaya kita berbeda dengan orang-orang kafir. Dan berbeda dengan orang kafir itu sendiri hukumnya wajib.Tidak seorang pun ulama salaf yang meninggalkan kewajiban ini. Tetapi sebagian ulama sekarang ada yang membolehkan mencukur jenggot karena terpengaruh oleh keadaan dan memang karena bencana yang telah meluas. Mereka ini berpendapat, bahwa memelihara jenggot termasuk perbuatan Rasulullah yang bersifat duniawiyah, bukan termasuk persoalan syara' yang harus ditaati. Tetapi yang benar, bahwa memelihara jenggot itu bukan sekedar fi'liyah Nabi, bahkan ditegaskan pula dengan perintah dan disertai alasan supaya berbeda dengan orang kafir. Ibnu Taimiyah menegaskan, bahwa berbeda dengan orang kafir adalah suatu hal yang ditekankan oleh syara'. Dan menyerupai orang kafir dalam lahiriahnya dapat menimbulkan perasaan cinta dalam hatinya, sebagaimana perasaan cinta dalam batin dapat menimbulkan perasaan dalam lahir. Hal ini sudah dibuktikan berdasarkan pengalaman. Selanjutnya ia berkata: AI-Qur'an, Hadits dan Ijma' sudah menegaskan perintah supaya berbeda dengan orang kafir dan dilarang menyerupai mereka secara keseluruhannya. Apa saja yang kira-kira menimbulkan kerusakan walaupun tersembunyi, dapat dikaitkan dengan suatu hukum dan dapat dinyatakan haram. Maka menyerupai orang kafir pada lahiriahnya dapat disebut sebagai menyerupai akhlak dan perbuatan yang tercela, bahkan bisa berpengaruh terhadap akidah. Pengaruhnya ini memang tidak dapat dikonkritkan, dan kejelekan yang ditimbulkan akibat dari sikap menyerupai itu sendiri kadang-kadang tidak begitu jelas, bahkan kadang-kadang sukar dibuktikan. Tetapi setiap hal yang menjadi sebab timbulnya suatu kerusakan, syara' menganggapnya suatu hal yang haram. (Lihat kitab Iqtidhaus Shiratil Mustaqim) Dari keterangan-keterangan di atas dapat kita simpulkan, bahwa masalah mencukur jenggot ini ada tiga pendapat: Pendapat pertama: Hukumnya haram. Yang berpendapat demikian, ialah lbnu Taimiyah dan tain-lain. Pendapat kedua: Makruh. Yang berpendapat demikian ialah lyadh. sebagaimana tersebut dalam Fathul Bari. Pendapat ketiga: Mubah. Yang berpendapat demikian sementara ulama sekarang. Tetapi barangkali yang agak moderat dan bersikap tengah-tengah yaitu pendapat yang menyatakan makruh. Sebab tiap-tiap perintah tidak selamanya menunjukkan wajib, sekalipun dalam hal ini Nabi telah memberikan alasannya supaya berbeda dengan orang kafir. Perbandingan yang lebih mendekati kepada persoalan ini ialah tentang perintah menyemir rambut supaya berbeda dengan orang Yahudi dan Kristen. Tetapi sebagian sahabat ada yang tidak mengerjakannya. Oleh karena itu perintah tersebut sekedar menunjukkan sunnat. Betul tidak ada seorang pun ulama salaf yang mencukur jenggot, tetapi barangkali saja karena mereka tidak begitu memerlukan, karena memelihara jenggot waktu itu sudah menjadi kebiasaan mereka. (Sumber: Al-Halal Wal Haram Fil Islam, Syaikh Muhammad Yusuf Qardhawi) Silakan baca: 1. Hukum menikah dengan pezina 2. Memelihara anjing bagi Muslim 3. Syirik besar dan kecil 4.Sentuhan pria-wanita, membatalkan wudlu?

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com